Cerita Dongeng Seorang yang Lapang Dada part1.jpg

Baca Juga : Cerita Dongeng Menjadi Seorang yang Lapang Dada

"/>
blog post.jpg
SHARE THIS POST

Download Aplikasi Ngedongeng di



Cerita Fabel : Rusa yang Malang


Barun adalah rusa yang terkenal di hutan selatan pulau Sumatera. Barun tak hanya memiliki tanduk yang bagus tetapi juga memiliki fikiran yang cerdik. Ia selalu mengelabui musuh dengan akal cerdiknya namun suatu ketika ia hendak meminum air di sungai, ia tidak melihat seekor hewan pun berada di hutan tersebut. Ia heran karena semalam baru saja diadakan pesta besar di hutan ini. Ia juga turut hadir di pesta tersebut namun hari ini ia tidak melihat seekor hewan pun mondar-mandir atau sekadar melewati hutan ini.

“Aneh, mengapa jadi sepi begini,” ujar Barun dengan ketus. Ia minum air sepuasnya tanpa menghiraukan bahaya sedang mengintainya.

Namun seperti biasa, ia sudah mulai terasa ada seorang pemburu yang sedang mengincarnya, ia pun langsung berlari ke arah pohon terdekat dan benar saja, sebuah anak panah menancap di tubuh pohon dimana ia bersembunyi. Ia pun lari sekencang-kencangnya sampai tak terlihat lagi oleh si pemburu. Nasib Barun memang selalu menjadi incaran para pemburu. Namun berkat kecerdikannya ia selalu lolos dari mata si pemburu. Bertahun-tahun para pemburu menjelajahi hutan selatan namun tak ada satu pun yang berhasil membawa pulang si Barun. Maka di setiap percakapan antara barun dan teman-temannya, Barun sering menyombongkan dirinya sambil berkata,

“Tidak ada yang bisa menangkapku. Pemburu-pemburu itu tidak cukup pintar dariku. Kalian lihat kan sekarang. Aku masih hidup, dan masih semangat hahahaha.”

blog post.jpg

Download Aplikasi Ngedongeng di



Cerita Fabel : Sombong Berujung Celaka


Ucapan yang sering berulang membuat beberapa hewan jengkel dengan sikap angkuhnya. Setiap kali Barun hendak menceritakan kelihaiannya meloloskan diri, teman-temannya segera pergi meninggalkannya. Barun menjadi kesal dan marah hingga mengutuki seluruh hewan yang ada di hutan tersebut.

“Kalian lihat saja nanti apa yang akan terjadi dengan kalian. Kalian akan menyesal karena sudah mengabaikanku. Tunggu saja, sebentar lagi pemburu akan mencari kalian satu per satu,” teriaknya dengan kesal.

“Coba kau dengarkan si Barun itu. Dia sangat menyebalkan. Aku tidak mau berteman dengannya. Hanya karena dia cerdas dia seenaknya saja mengutuki kita. Aku tidak mau melihatnya lagi.” Kata monyet kepada kelinci.

“Ya, kamu benar. Aku juga kesal melihat sikapnya. Eh iya, kudengar besok sejumlah pemburu datang ke hutan kita. Aku tadi mendengar salah seorang dari mereka berbicara soal beberapa pemburu penasaran dengan rusa bertanduk emas. Kamu bisa tebak sendiri kan siapa yang mereka maksud rusa bertanduk emas itu,” kata kelinci menjelaskan.

“Ya..ya..ya. Biar sajalah si Barun di buru oleh mereka. Lagipula kalau dia sudah tidak di hutan ini, kita justru hidup tenang, bukan? Selama ini kita melihat sikap angkuhnya dan seenaknya saja merendahkan hewan-hewan lainnya.” Kata monyet menambahkan.

blog post.jpg

Cerita Fabel : Perlunya Bersikap Rendah Hati


Dilain keadaan, Barun menikmati buah-buahan yang ada di hutan. Ia merasa bangga meskipun ia tidak memiliki teman. Baginya ada teman ataupun tidak ia tetap menjadi yang terpintar di hutan ini. Ia selalu dihormati oleh para penghuni hutan karena kelihaiannya dalam meloloskan diri dari pemburu. “

Biar saja hewan-hewan itu membenciku yang penting akulah yang terpintar di hutan ini. Tidak ada satu pun yang mengalahkanku hahaha,” ujarnya dengan bangga.

blog post.jpg

Download Aplikasi Ngedongeng di



Cerita Fabel Memberi Pesan Mendidik Tanpa Hardik


Keesokan paginya, hutan kembali sepi dan Barun seperti biasa berjalan tenang menyusuri hutan. Tidak ada kecurigaan sedikit pun bahwa hari ini bahaya sedang mengikutinya.

Ketika ia hendak merebahkan tubuhnya dibawah pohon , tiba-tiba sebuah anak panah menancap di sudut kakinya. Ia mulai panik namun ia sudah tak kuat untuk bangkit.

“Siapapun..tolong aku..” teriaknya dengan keras. Berulang kali ia mencoba memanggil teman-temannya di hutan namun tiada satu pun yang menolongnya.

Ketika sudah kehabisan tenaga, mata Barun mulai terlihat samar dan ia pun akhirnya terkulai lemas tak berdaya. Melihat keadaan Barun, kelinci langsung bersembunyi dan menunggu si pemburu membawa si Barun pergi.

“Aduhai malangnya nasib si Barun. Kalau saja ia sedikit ramah kepada hewan-hewan disini, tentu banyak yang membantu,” kata kelinci dalam hati.

blog post.jpg