Dalam ketidak pastian Dunia ini, muncul seorang tua renta, berpakaian aneh, jenggot yang panjang seperti janrang di potong. Tubuh kurus kering seperti orang penyakitan saja. Ia datang di tengah-tengah kota yang ramai, namun bukan itu tujuannya. Ia mendatangi sebuah gedung bertingkat, entah ada berapa lantai di sana. Pintu masuknya saja tinggi menjulang, lebar dan begitu indah bak gerbang menuju negeri dongeng. Yang boleh masuk hanya kereta kuda yang memiliki empat roda, memiliki tanda pengenal di belakangnya. Ketika masuk harus memberikan tanda pengenal khusus.
Orang tua itu tetap berdiri di depan gedung itu, menatapnya namun tak berbuat apa-apa. Hal ini membuat semua pasang terheran-heran. Sudah beberapa hari Ia duduk di depan gedung itu, tanpa berbuat apapun. Hanya menatap siapapun yang keluar masuk gedung saja. Sesekali Ia datangi petugas jaga, berbisik padanya. Petugas jaga itu hanya mengangguk dan menggelengkan kepala, sesekali menjawab namun hanya “Ya” atau “Tidak” saja.
Dunia sedang kalut namun beberapa hari ini berita di Tv hanya menyiarkan kelakuan orang tua itu, yang hanya berdiri di depan Gedung itu saja.
“Mengapa berita di Tv yang muncul hanya itu-itu saja?!” ujar seorang ayah di salah satu keluarga. “Biasalah, yang memang di cari kan yang seperti itu Yah.., cari saja berita di Internet pasti yang muncul itu-itu saja. Itulah makanan dunia sekarang.” Sahut salah seorang anggota keluarga.
Jauh di dalam hutan yang lebat, para penebang hutan sedang melakukan tugasnya.
“Tebang yang sudah di tandai saja!” teriak seorang Mandor.
“Baiklah kami mengerti!” jawab beberapa orang yang ada di sana.
Tanpa di sadari orang tua yang sebelumnya berdiri di depan gedung muncul di tengah-tengah mereka. Ia berteriak-teriak dan berkata “Pergiiiii…! Ini rumahku. Ini alamku”. “Hai pak tua pergilah! Jangan mengganggu” ungkap sang mandor. “Tidak! Kalian yang pergi. Atau kalian akan ku perlakukan sama seperti pohon-pohon itu” mengatakannya sambil menunjuk kayu-kayu yang bergeletakan. Para pekerja mulai ketakutan dengan perkataan orang tua itu. Akhirnya mereka mengurungkan niatnya untuk menebang pohon demi keselamatan mereka.