Cerita Dongeng Folklor Bersikap Tekun
“Nenek pasti senang melihatnya. Tapi bagaimana cara mengambilnya? Pohon ini cukup lebat dan ada juga buah didalamnya. Apa kuambil saja buah dan pucuknya?” tanya si anak dengan penuh keraguan.
Namun ia tak punya pilihan lain selain menuruti keinginan neneknya. Ia tidak ingin neneknya menjadi kecewa karena ia tidak membawa apa pun ke rumah. Diambilnya perlahan kayu besar untuk menjatuhkan buah pisang tersebut satu per satu hingga habislah buah pisang tersebut berjatuhan. Lalu ia pun mengambil pucuknya dan membawanya pulang ke rumah.
Sesampai di rumah, ia masih melihat nenek berbaring lemah di tempat tidur. Dengan semangat yang menggebu-gebu si anak memberikan pisang berpucuk emas kepada si nenek dan berkata,
“Nenek lihatlah apa yang kubawa. Ini adalah pisang berpucuk emas. Nenek bisa memakan ini sepuas hati nenek,” ujar si anak dengan gembira.
“Terima kasih cucuku. Kamu benar-benar cucuku yang baik hati.” Balas nenek.
Ketika si anak membuka kulit pisang, betapa kagetnya si anak karena yang ia lihat justru bukanlah pisang pada umumnya melainkan sebuah pisang emas yang tidak bisa dimakan. Berkali-kali si anak berusaha memakannya namun terlalu keras seperti emas batangan.
“Nek, mengapa bisa ada pisang seperti ini?” tanya si anak dengan penasaran. Nenek pun tersenyum dan berkata,
“Pisang ini nantinya akan berguna untuk berbagai penyakit langka seperti guna-guna dan ilmu sihir lainnya. Nenek yang menanam pisang ini di belakang ladang. Nenek sengaja tidak memberitahumu karena dari awal bibit itu diberikan, nenek dilarang memberitahu siapapun termasuk cucu nenek. Sekarang kamu sudah tahu pisang ini adalah pisang emas. Pisang ini bila dijual akan sama harganya dengan harga satu batang emas karena pisang ini bukan untuk dimakan. Syarat untuk menanam pisang emas ini juga ada. Nenek harus bersabar merawatmu dan memiliki hati yang jernih dalam menyikapi hidup nenek.”