Download Aplikasi Ngedongeng di
Cerita Fabel Anak Meneladani Sikap Setia
“Tapi kenapa kamu tidak mengatakannya? Aku fikir kamu sama dengan pohon tua lainnya. Setiap musim kemarau, kalian selalu gersang dan keliatan layu. Walaupun begitu, kamu tetap tidak pernah kesepian seperti aku,” kata Malea dengan sedih.
“Aku? Hahaha. Aku sudah tinggal di hutan ini seratus tahun lamanya. Jauh sebelum kamu datang dan tinggal disini. Selama itu pula aku merasa kesepian. Ketika musim dingin tiba, aku hanya bisa menggugurkan daunku sebagai tanda aku masih bisa bertahan. Belum lagi ketika harimau menghampiriku dan mencakar batangku. Aku begitu gusar. Tak ada satu pun yang peduli kepadaku tetapi aku tidak pernah putus asa. Aku selalu berdoa kepada Tuhan agar suatu hari aku diberi teman bersamaku disini.” Ujar si pohon sambil menitihkan air mata.
“Kasihan kamu, wahai pohon. Aku tidak tahu kalau selama ini kamu juga kesepian sepertiku. Nah mulai sekarang kita berteman ya. Aku tidak ingin kamu menangis dan kesepian lagi. Hutan ini adalah tempat tinggal kita berdua. Kalau terjadi sesuatu padamu, berteriaklah sekali maka aku akan segera berlari menolongmu.” Ujar Malea sambil memeluk dahan si pohon apel.
Setelah kejadian itu, Malea selalu menghabiskan waktu bermain bersama pohon apel. Sesekali Malea menggoyang-goyangkan dahan si pohon apel hingga berguguran lah daunnya. Ketika musim panen tiba, Malea selalu menaiki ranting si pohon apel untuk memakan buah apel dengan lahap.
Hingga suatu hari ketika malea sedang pergi berkeliling mencari bunga di ujung hutan, tiba-tiba terdengar suara hentakan kuda yang berlari begitu cepat. Malea yang berada di ujung hutan pun tidak merasakan bahaya mengintainya. Ia begitu asyik mencari bunga-bunga hutan yang baru saja tumbuh dan mulai memetik satu per satu untuk diberikan kepada si pohon apel.
Ketika Malea hendak pulang tiba-tiba terlihat sebuah anak panah melaju ke arahnya dan Malea pun menjatuhkan badannya hingga anak panah tersebut menancap di salah satu pohon besar di belakangnya. Seketika itu pula, Malea pura-pura pingsan hingga si kuda dan seorang anak laki-laki menghampirinya,