Download Aplikasi Ngedongeng di
“Apakah itu seorang pria?' teriak burung-burung dengan takjub. "Itu hanyalah sepotong tanah liat!" "Ya, itu saja, itu hanya sepotong tanah liat!" binatang berkaki empat itu juga menangis. “Hei burung gagak, sebagai utusanku, apa pendapatmu tentang manusia ini?" Maha Pencipta bertanya pada burung gagak putih.
"Menurutku bentuknya sangat bagus," jawab burung gagak, "tetapi ..." "Apa lagi yang ingin kamu katakan?" tanya Maha Pencipta. "Hanya ini: tidak ada kehidupan dalam diri manusia itu," kata si gagak akhirnya. “Sesungguhnya akan ada kehidupan pada manusia,” kata Maha Pencipta kemudian.
Tapi sang Maha Pencipta tidak hanya memberikan manusia nyawa untuk hidup tapi juga keabadian.
“Oleh karena itu, aku mengutusmu, utusanku, hari ini juga untuk membawakanku air kehidupan dari sumber kehidupan, yang akan membuat manusia abadi." "Dan dengan apa aku harus mengambil air?" tanya burung gagak putih. Burung gagak bertanya kepada Maha Pencipta, bisakah manusia hidup dengan air sebanyak volume paruhnya saja.
"Tidak," jawab Maha Pencipta. "Kamu harus mengambil air di bejana besar yang akan kamu temukan di samping mata air kehidupan. Dan ingat ini: jangan biarkan hewan lain meminum air itu, karena aku ingin hanya manusia yang abadi. Berjanjilah padaku bahwa kamu tidak akan minumlah semua itu. " Burung gagak pun berjanji untuk tidak meminumnya dan akan memberikan semuanya kepada Maha Pencipta. Mata air kehidupan sangat jauh, dan burung gagak putih menjadi lelah dan haus.
Setelah dia mengisi bejana dan menerbangkan sebagian dari perjalanan pulang, dia memiliki keinginan yang besar untuk minum hanya beberapa tetes air. "Maha Pencipta tidak akan pernah bisa melihat bahwa ada beberapa tetes yang hilang," dia beralasan pada dirinya sendiri. Ia berpikir, mengapa ia tidak memuaskan dirinya, sehingga ia beranggapan akan abadi juga. Begitu pikir gagak putih. Dan semakin dia memikirkannya, semakin dia merindukan keabadian. Akhirnya dia minum beberapa tetes. . . dan kemudian beberapa lagi. . . dan, akhirnya, dia hampir mengosongkan bejana.
"Apakah itu bejana penuh air kehidupan yang akan kau bawa untukku?" Demikian Maha Pencipta bertanya. "Dengan beberapa tetes ini aku bisa memberikan kehidupan pada manusia, tapi aku tidak bisa membuatnya abadi. Kenapa kau tidak bisa mengisi bejana, kurirku?"
"Tidak ada lagi air kehidupan di air mancur," dusta burung gagak putih. Pada saat itu seekor burung murai, yang bulunya juga putih indah, terbang menghadap Maha Pencipta, dan berteriak, "Burung gagak putih berbohong, Padahal dia sendiri meminum air kehidupan yang ada di dalam toples. Aku duduk di pohon di sepanjang jalan dan aku melihatnya minum.